MEMULAI PENELITIAN SENDIRI

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

MEMULAI PENELITIAN SENDIRI: konstruksi teoretis secara komputasional

Anda mengira ada gambar segitiga berwarna hitam pada gambar di atas? Anda tertipu oleh karena tidak ada apa-apa di sana. Dalam menganalisis sistem sosial pendefinisian adalah SANGAT PENTING sebelum mengeluarkan PROPOSISI, karena TANPA mendefinisikan semua komponen gambar di atas, maka anda akan mengira bahwa ada gambar segitiga berwarna hitam di sana.

Nah, sekarang saatnya mengakuisisi ilmu yang sudah diperoleh dalam proses penelitian. Ini akan menutup tour kita dalam ranah sosiologi komputasional.

Beberapa hal yang penting untuk diingat adalah, dalam mengkonstruksi teori sosial melalui model komputasional, kita harus sangat memperhatikan apa yang kita sebut sebagai AGEN.

Terdapat dua kategori agen, yakni agen yang aktif dan agen yang pasif. Agen yang aktif adalah agen yang senantiasa bergerak sedemikian dengan aturan-aturan yang merepresentasikan apa yang diinginkan oleh agen dan tingkat inteligensi agen.

Sebuah hal yang pada dasarnya baru, karena analisis sosial konvensional yang akrab dengan pemodelan statistika biasanya menganggap agen sebagai agen tanpa kecerdasan (zero-intelligent agent). Di sisi lain agen yang tidak aktif atau pasif adalah agen yang berupa sumber daya dari lingkungan di mana agen aktif berkecimpung, misalnya adalah makanan, uang, dan sebagainya, yang keberadaannya ditentukan oleh agen yang aktif.

Pada dasarnya, mendeskripsikan agen adalah melakukan reduksi sedemikian yang dianggap oleh analis penting dan dicurigai menimbulkan faktor membrojol tertentu. Di sinilah letak proses paling penting dari analisis pemodelan berbasis agen. Kesalahan pada deskripsi ini tentu akan sangat berakibat FATAL bagi hasil analisis faktor yang muncul pasca simulasi komputasional. Dengan landasan ini pula analis harus dipersenjatai dengan pengetahuan yang cukup (pada umumnya kualitatif) terhadap fenomena yang hendak dibangun simulasi komputasionalnya.

Dengan pengertian dan pemahaman ini harus disadari bahwa analis sosial yang menggunakan pisau analisis simulasi sosial dan masyarakat buatan tidak lantas menggunakan analisis kualitatif yang dilakukan secara konvensional. Harus diingat bahwa pemodelan berbasis agen dan masyarakat buatan tidak menggantikan tempat pendekatan sosial klasik, ia bersifat komplementer untuk mempertajam analisis sebelumnya sebagai alat ratifikasi teoretis yang telah ada.

Secara sederhana langkah-langkah yang harus diambil oleh seorang analis sosial untuk mengkonstruksi masyarakat buatan adalah:

Pertama, melakukan formulasi dari tujuan simulasi. Dengan kata lain kita harus merumuskan dengan seketat-ketatnya apa yang menjadi tujuan pemodelan atau simulasi. Ada beberapa tipe tujuan dari pemodela, apakah berupa mencari pengertian tentang suatu hal, optimasi, atau melakukan beberapa perubahan dari disain sistem sosial yang ada. Sebuah hal yang perlu diingat adalah bahwa tujuan harus didefinisikan sesempit mungkin, karena tujuan yang terlalu luas seringkali menimbulkan ambiguitas dari hasil simulasi.

Kedua, Melakukan desain model. Kita harus sebaik mungkin memutuskan level dari penggunaan model tersebut. Secara mendasar agen seperti apa yang hendak dimodelkan, tipe kognitif apa yang mungkin dimiliki oleh agen, komponen stokastik apa yang bakal digunakan dalam model, bagaimana interaksi antara agen baik antara yang aktif dengan yang aktif atau yang aktif dengan yang pasif.

Ketiga, Justifikasi dari asumsi. Model tentu tak lepas dari asumsi yang dibangun untuk interpretasi model tersebut. Harus diperiksa dengan teliti tiap asumsi yang digunakan dalam model, baik struktural maupun numerik agar secara empirik memang memenuhi syarat.

Keempat, Pemilihan bentuk Pengukuran. Dalam membangun model tentu kita menginginkan beberapa hal yang diukur dan menjadi obyek analisis kita setelah simulasi. Secara ideal, tentu saja dimensi pengukuran dilakukan sesuai dengan tujuan dari pemodelan atau simulasi.

Kelima, Memilih perangkat lunak untuk pemodelan dan simulasi. Hal ini dilakukan sesuai dengan kemampuan pemrograman yang memang kita kuasai. Secara umum pemrograman pemodelan berbasis agen melibatkan banyak faktor variabel dan penggunaan bahasa pemrograman berorientasi obyek (object oriented programming) memang merupakan pilihan yang baik. Namun khusus untuk simulasi sosial telah ada beberapa platform pemrograman yang siap untuk digunakan sesuai tingkat kemahiran analis.

Keenam, Implementasi model ke dalam bahasa pemrograman yang kita pilih. Setelah kita memilih sistem pemrograman tempat kita melakukan simulasi, maka tiba saatnya kita menerjemahkan desain model ke dalam bahasa komputasi sesuai platform pemrograman yang kita pilih.

Ketujuh, Verifikasi dan Validasi Model. Setelah model dijalankan dalam platform komputasi yang dipilih, kita harus senantiasa mengecek apakah model yang direpresentasikan secara komputasional tersebut telah benar-benar baik dan memenuhi standar yang kita tetapkan pada tahapan-tahapan terdahulu.

Kedelapan, Desain Eksperimental. Setelah divalidasi dengan baik dan program sudah dapat berjalan dengan baik, maka model sudah dapat ditangani dengan serius untuk di dalamnya dilakukan berbagai percobaan sosial. Pertanyaan-pertanyaan seperti “bagaimana jika” tentu menjadi landasan percobaan yang menarik sembari melakukan beberapa perubahan variabel-variabel penyusun model kita.

Kesembilan, Interpretasi dan Presentasi Hasil. Sebuah model dan simulasi masyarakat buatan adalah percuma tanpa keakuratan interpretasi. Ini justru menjadi hal yang paling penting bagi seorang sosiolog dengan masyarakat buatan.

Dengan kesembilan langkah inilah kita melakukan berbagai percobaan sosial dengan menggunakan masyarakat buatan.

Satu hal penting yang HARUS dicatat adalah bahwa sosiologi yang seperti ini bersandar kepada kritik dan rekonstruksi terhadap beberapa teori sosial yang sudah berkembang selama ini yakni behaviorisme, teori pertukaran, dan teori pilihan rasional di satu sisi dan di sisi lain dengan teori sosial interaksionisme simbol yang dipengaruhi oleh analisis pragmatisme sosial dalam teori sosiologi mikro.

Kemunculan bentuk-bentuk makro dari interaksi mikro mungkin adalah sebuah faktor yang paling menarik dalam masyarakat buatan. Dalam analisis masyarakat buatan terlihat dengan jelas bagaimana fenomena dan struktur makro muncul dan bahkan mencapai kondisi ekuilibrium dan kestabilan tertentu. Dengan perkataan lain adalah masyarakat buatan adalah sebuah pena analisis yang ampuh bagi sosiolog untuk menjelajahi transisi perspektif makro dan mikro dalam fenomena dan proses sosial. Secara lebih jauh, kita akan diajak melihat bagaimana norma sosial bisa tumbuh dari agen-agen yang egois sebelumnya (model evolusioner) dan struktur sosial bisa muncul dari interaksi agen-agen sosial.

Sekadar penutup, gambar diatas bisa jadi seekor KELINCI atau seekor BEBEK, tergantung dari mana anda melihatnya. Kita dapat mengkonstruksi teori sosial dari titik manapun yang menjadi pusat perhatian kita, namun bukan berarti teori sosial bisa ENTAH-BAGAIMANAPUN, alias anything can be true, karena gambar di atas TIDAK MUNGKIN merupakan gambar obyek selain KELINCI atau BEBEK. Hanya dengan pengetatan metodologi dan pendefinisian yang teliti kita dapat menentukan gambar di atas BEBEK atau KELINCI, dan mana teori sosial yang dapat diterima dan di titik mana sebuah teori sosial keliru...